Termasuk nge’Trip kan itung-itung
city trip atau market trip, kan kalau ke chatuchak aja kan di anggap trip juga
hahaha.. ,
Pasar Santa ini adalah pasar semi
tradisonal di Jakarta karena ga terlalu tradisonal seperti pasar Benhil
terletak di daerah Santa dekat dengan daerah Senopati kawasan yang cukup padat
untuk hari kerja maupun weekend karena merupakan kawasan gaul selain Kemang dan
Tebet, apalagi di tambah lagi hitz’nya yang namanya Pasar Santa yang awalnya
merupakan Pasar penyedia kebutuhan sehari-hari seperti pasar pada umumnya, tapi
entah kenapa jadi trending topic di twitter tempat saya pertama kali liat
kehebohan untuk mengunjungi pasar ini, dan di rencakan lah untuk menyambangi
Pasar Santa nan tersohor akhir-akhir ini, entah bagaimana awal mula lantai 3
pasar ini menjadi pilihan tempat gaul muda-mudi (*bahasa anak gaul angkatan
90’an) Jakarta.
-Ketan Pasar- |
Pertama menuju tempat ini macet
dari Senopati, kita dari Sudirman, saya dan beberapa teman, kemudian di Santa
sudah merayap dari jam 4sore katanya pasar santa gaul buka di atas jam 5 dan
sepertinya mobil-mobil di kemacetan ini satu tujuan ke Pasar Santa sebagai
kiblatnya, nah bener juga sampe di pasar yang lokasinya di tengah pemukiman
hunian warga ini dengan jalan komplek yang terbatas menjadi macet, kemudian
PeeR yang kedua adalah mencari lokasi parkir memutari pasar juga sudah penuh
hingga ke depan-depan rumah warga sekitar begitu pun kami dapat tempat parkir
dan ternyata tidak jauh dari pasar.
Kemudian sesaat kebingunggan
melanda saya, yang datang mengenakan polo shirt, celana denim dan sandal jepits
alakadarnya sedangkan Nampak AGJ1 dengan full outfits new balance
sneakers kemeja yang tak biasa dan berbagai aksesoris, dan celana gemez secara
tidak langsung sebagai dress code para gadis’nya berasa pada mau berangkat
dugem atau ke music festival dan saya mungutin botol bekas -__- selesai di situ
kami naik ke lantai 2 pasar mencari tangga ke lantai 3 dengan mendengar
perbincangan antara penjual di lapak pasar sembari jalan, “rame bener dah sore
ini..” percakapan antara penjual lapak pasar yang lagi tutup toko, dan saya
menyimpulkan kondisi pasar bawah berbanding terbalik dengan keramaian aktivitas
gaul di lantai 3.
Kemudian di lantai 3 kami mencari
yang kami cari, jadi teman saya ex-resident Bandung yang liat postingan semacam
roti Gempol di Bandung di pasar santa ini, dan berkeliling lah kita sembari
melihat daftar harga di banding melihat daftar menu yang ternyata inalillahi..
harganya, apalah kami yang cuma kuli Ibu kota, berangapan 50rb bisa makan minum
jajan berdua, sambil bingung mau jajan apa sembari melihat antrean di salah
satu food stall yang mengular dan melihat warung kantin nasi ramesan yang sepi
dengan menu yang masih menggungung di etalase, yang mungkin kalah menarik
dibanding jajanan lain yang terlihat lucu-lucu di dagangkan, kemudian setelah
kegerahan di dalam pasar yang lagi penuh dan tak kunjung dapat tempat duduk
kami pun berjalan kembali untuk cari apa yang kami mau, dan setelah puter-puter-puter
(karena berkali-kali puter) pilihannya pun jatuh ke semacam burger dengan
bakpao sebagai pengganti bun’nya yang seharga 25K-26K karena promo 45K untuk
dua Pao, dan lumayan enak dan unik saya pesan Pao dengan isi hoisin Chicken,
satu Pao hoisin chicken dengan tortilla chips ala-ala *pangsit goreng, kemudian
karena minumanya spectacular berasa di music festival saya pun mencari air
mineral dengan harga 5K untuk 600ml yang 3K harga yang di anjurkan, kalau mau
repot dikit beli aja di bawah kalau rakyat jelata seperti kami ya lumayan 2K
juga duit, kemudian saya melihat satu-satunya yang menarik dan wajar bagi saya
yaitu kios penjuak ketan yang harganya terpampang nyata dan wajar rata-rata
under 10K karena melihat ada orang makan
ketan bubuk (ketan dengan bubuk kedelai) kios ini menamakanya ketan ndeso, dan
saya lebih tertarik ketan serundeng, jadi merasa nostalgia masa kecil saat di
ajak Ibuk ke daerah di Salatiga sarapan ketan serundeng sambil beli gambaran
wayang atau semacam kartu bergambar, dengan karakter wayang kulit .
-Saking bingungnya dan engga terlalu exited jadi ga punya foto selain foto papan ketanpasar dan lapak Pao ini- |
BTW ketannya enak niat jualnya,
di bungkus daun satu-satu dan tinggal di beri toping pilihan dalam kondisi
ketan yang hangat, coba tadi ga beli Pao saya bisa pesan 1 ketan serundeng + 1
ketan bubuk + 1 ketan mangga, yang ketan mangga jadi ngiler berasa di Thailand
ga ada puasnya makan Khao niao mamuang, karena enak banget, sekalinya pengen di
sini ada di restaurant Thailand tapi mangga nya beda engga sematang dan semanis
di Thailand.
Sampai di akhir kunjungan kami
tidak menemukan roti yang kami cari dan sudah kenyang lihat daftar harganya..
kemudian kami pun cabut sekitar 18.30WIB dan memilih makan Bakso di Kemang,
yang paling syok lihat menu yang terpampang Gultik2 25K, OK.. sedang
Gultik yang aslinya di Bulungan seharga 7K.
Kesimpulanya, pasar Santa seru
sih diadakan dan kreatif yang jual, tapi target marketnya engga general
terkesan memilih mangsa pasar tertentu, tidak seperti pasar-pasar di Bangkok
yang harga kualitas engga jauh beda dengan foodcourt Mallnya sama-sama murah
sehingga orang senang, kalau di suruh kembali kepasar santa lagi ? saya mau..
tapi Cuma pengen makan ketan saja dan bawa minum dari luar, semoga makin banyak
pasar macam ini dengan variasi makanannya bersih jualannya dan rasional harganya sehingga pengunjung di luar
target marketnya engga kapok.. OK..
1 AGJ : Anak
Gaul Jakarta , sebutan untuk Anak-anak Jakarta yang merasa gaul
2 Gultik : Sebutan untuk gulai yang di jual di sekitar Bulungan belakang Blok M Plaza yang
parapenjualnya berlapak di sekitar tikungan perempatan Bulungan dan di sebut
Gultik singkatan dari Gulai Tikungan atau di buat becandaan sebagai Gulai Tikus
, dan menurut saya ini enak..
dan saya mungutin botol bekas
ReplyDeleteduh ngakak baca yang ini, segitunyaa. hahaha